Gambaran Pembangunan Manusia di Provinsi Maluku

Gambaran Pembangunan Manusia di Provinsi Maluku

Juli 8, 2018 0 By admin

Ambon, FM.com- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) – atau Human Development Indeks (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasi apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (Davies, A. and G. Quinlivan;2006). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya bukan hanya dianalisis dari pertumbuhan ekonominya saja tetapi juga dipahami dari sudut manusianya. Di Indonesia angka dari IPM ini juga merupakan salah satu faktor untuk mengklasifikasikan status pembangunan manusia di suatu wilayah. Ada 4 komponen yang dilihat untuk mengukur indeks pembangunan manusia yaitu umur harapan hidup saat lahir yang mewakili dimensi umur panjang dan hidup sehat, harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang mewakili dimensi pengetahuan, serta pengeluaran per kapita disesuaikan yang mewakili dimensi standar hidup layak.
Indeks pembangunan manusia untuk provinsi Maluku pada tahun 2017 sebesar 68,19 atau naik sebesar 0,59 poin dibandingkan tahun 2016 (BPS : 2018). Hal ini membuat provinsi Maluku tergolong wilayah dengan capaian “sedang” dalam pembangunan Manusia. Menariknya, dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku hanya Kota Ambon saja yang tergolong wilayah dengan capaian “tinggi” yaitu dengan Indeks sebesar 79,82, angka ini bahkan membuat kota Ambon nyaris masuk katagori “sangat tinggi”. Sedangkan 10 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku tergolong “sedang” yang mana indeksnya berkisar antara 60 sampai dengan 70. Hal ini tentu menggambarkan tingginya ketimpangan capaian pembangunan antara Kota Ambon dengan 10 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku. Sedangkan untuk wilayah dengan Indeks Pembangunan Manusia terendah pada tahun 2017 adalah Kabupaten Kabupaten Maluku Barat Daya dengan indeks sebesar 60,16. Jika dilihat dari keempat komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia, Kota Ambon memiliki nilai tertinggi dari keempat komponen tersebut. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang kota Ambon sendiri mengingat status Kota Ambon sebagai ibukota Provinsi serta pusat perekonomian di Provinsi Maluku.
Komponen yang pertama adalah umur harapan hidup saat lahir dimana kota Ambon memiliki nilai 69,92 yang berarti harapan hidup seorang bayi yang lahir pada tahun 2017 dapat mencapai umur 69,92 tahun sekaligus menjadi yang tertinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Seram Bagian Timur dengan nilai 58,56.
Selanjutnya adalah komponen harapan lulus sekolah dimana Kota Ambon memiliki nilai 15,91 yang berarti anak-anak berusia 7 tahun di Kota Ambon memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus jenjang Diploma 3 (D3) atau Diploma 4 (D4) atau Strata 1 (S1) sekaligus menjadi yang tertinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Sedangkan daerah dengan tingkat harapan lulus sekolah terendah adalah Kabupaten Kepulauan Aru dengan nilai 11,77 yang menggambarkan anak-anak berusia 7 tahun di Kabupaten Kepulauan Aru memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA.
Komponen ketiga adalah rata-rata lama sekolah dimana Kota Ambon kembali menjadi daerah dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 11,65 yang berarti secara rata-rata penduduk Kota Ambon berusia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas XII SMA. Sedangkan daerah dengan tingkat rata-rata lama sekolah terendah dimiliki oleh Kabupaten Buru Selatan dengan nilai sebesar 7,13 yang berarti secara rata-rata penduduk Kabupaten Buru Selatan berusia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas VII SMP. Jika dibandingkan antara wilayah dengan rata-rata lama sekolah tertinggi dan terendah, dapat dilihat bahwa masih tingginya tingkat ketimpangan yang mengindikasikan belum meratanya kemampuan ataupun kemauan seseorang untuk mengenyam pendidikan.
Sedangkan komponen terakhir adalah komponen yang bersifat ekonomi yaitu pengeluaran per kapita dimana Kota Ambon masih menjadi yang tertinggi pada tahun 2017 dengan nilai sebesar Rp 13,699 juta per tahun. Sedangkan wilayah dengan pengeluaran per kapita terendah pada tahun 2017 adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan nilai sebesar Rp 6,032 juta per tahun.
Namun tingginya nilai indeks pembangunan manusia di Kota Ambon tidak dapat diiringi dengan laju pertumbuhan pembangunan manusia yang tinggi pula dimana pertumbuhan yang di alami oleh Kota Ambon sebesar 0,34 persen sekaligus menjadi yang terendah pertumbuhannya pada tahun 2017 di banding 10 Kabupaten/kota lain di Provinsi Maluku. Sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan pembangunan manusia tertinggi justru dari Kabupaten Seram Bagian Timur dengan pertumbuhan sebesar 1,47 persen pada tahun 2017 yang mana secara indeks pembangunan manusia pada tahun 2017, Kabupaten Seram Bagian Timur berada di peringkat 3 terendah dengan indeks sebesar 62,06 sebelum Kabupaten Maluku Tenggara Barat (61,64) dan Kabupaten Maluku Barat Daya (60,16).
Dari Indeks Pembangunan Manusia ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi pembangunan manusia di Provinsi Maluku masih baik namun diperlukan pemerataan lagi agar wilayah-wilayah lain yang memiliki indeks rendah dapat memacu lajunya agar dapat mencapai indeks yang sama dengan wilayah Kota Ambon. Terutama jika dilihat dari keempat komponen pembentuk indeks pembangunan manusia, komponen rata-rata lama sekolah dan komponen pengeluaran per kapita yang memiliki tingkat ketimpangan yang terlampau jauh antara Kota Ambon dengan 10 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku. Sehingga nantinya diharapkan akan tercapai konvergensi atau pemerataan tingkat kesejahteraan ataupun pembangunan manusia antar wilayah di Provinsi Maluku.
Oleh : AR Razy Ridha Maulana, SST
Staf Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kota Ambon.