
Tahun ini, Dinsos Ambon Berhasil Jaring 7 ODGJ di Ambon
Juli 1, 2025AMBON, fokusmaluku.com- Per Juni 2025, sekurangnya sudah tujuh orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) di kota Ambon Ambon telah ditangani oleh Dinas Sosial kota Ambon. Penanganan lebih banyak dilakukan atas laporan masyarakat.
Plt. kepala dinas sosial kota Ambon, Imelda Tahalele kepada awak media di Balai kota Ambon, Selasa ( 02/07/2025) mengakui, pihaknya akan lakukan gerak cepat langsung dilapangan dan membawa ke RSKD Negeri Lama untuk direhabilitasi.
“Pertama kali masyarakat melapor melalui medsos pak walikota yakni ibu Ena yang sementara hamil tua dan menunggu proses persalinan, saat diteruskan ke kami di dinsos, kami langsung turun dan membawanya ke RSKD dan mencari keluarganya, kita kewalahan karena beberapa hari baru menemukan keluarganya. Bahkan RSKD tidak melayani persalinan, jadi dikeluarkan dan menunggu selesai proses persalinan, anaknya diserahkan ke keluarganya sementara ibunya akan kembali ke RSKD,” ucap Tahalele.
Diakuinya, Penjaringan kedua dilokasi perempatan JMP poka, memang dalam komunikasi agak susah lantaran tidak mengerti bahasa Thailand, namun dengan bahasa isyarat dari kami dan karena dia meminta rokok, akhirnya Dinsos berhasil mengevaluasinya ke RSKD.Persoalannya adalah ODGJ ini tidak memiliki keluarga di kota Ambon.
Protapnya RSKD adalah setelah ditangani di Rumah sakit, harus ada pendampingan dari keluarga, karena obat yang diberikan harus dikonsumsi secara rutin oleh pasien.
Laporan ketiga adalah dari penjabat negeri Passo, yang mana ODGJ yang sering berjalan dari Ambon sampai di Liang-Liang ke Ambon, karena ODGJ ini sering buang air besar di Masjid pertigaan SPN Passo.sudah ditangani juga.
Masalah terbesar Dinsos adalah, ODGJ yang ada di kota Ambon kebanyakan adalah bukan warga kota Ambon, melainkan warga luar yang adalah kiriman dari Bau-Bau dan Thailand.
Salah satu langkah adalah Dinsos posting di Medsos untuk mencari tau keberadaan keluarga terdekat.
“Kan tidak mungkin juga RSKD melepaskan mereka, terus dikembalikan ke jalan lagi,” bebernya.
Prinsipnya adalah ODGJ diperlukan pendampingan dari keluarga, rata-rata setelah direhab di RSKD, kondisi pasien sudah berangsur normal, tetapi karena tidak ada keluarga untuk merawat dan memberikan obat tepat waktu, tetapi jika obatnya terputus ya kondisi mereka kembali lagi,itukan repot juga.
Tambahnya, dinsos sangat bersyukur, karena masyarakat turut membantu dalam memberikan informasi.
Langkah penanganan yang dilakukan dinsos adalah ketika ada laporan, dinas langsung turun tangab melakukan evakuasi ke RSKD dan mencari keluarga korban.
Semua yang dilakukan oleh Dinsos adalah demi menyukseskan program pemerintah kota Ambon. (**)